Kita melewati waktu yang mempunyai ruas-ruas. Ada batas pemisah setiap ruas waktu yang membedakan antara satu waktu dengan waktu lain yang berikutnya. Coba perhatikan, waktu fajar adalah pemisah antara malam dan siang. Maghrib adalah pemisah antara siang dan malam. Hari Jum’at adalah hari yang membatasi satu pekan dengan pekan berikutnya. Kemunculan hilal atau penampakan bulan yang paling kecil yang menghadap bumi beberapa saat setelah ijtima’, adalah rentang pemisah antara satu bulan dengan bulan berikutnya. Muharam adalah batas yang memisahkan satu tahun dengan tahun berikutnya. Apa sebenarnya rahasia di balik batas-batas pemisah antara ruas waktu itu?
Saudaraku,
Perhatikanlah, ternyata banyak sekali hadist Rasululah SAW yang menyebut waktu-waktu pemisah itu. Ada sejumlah dzikir yang diajarkan Rasulullah, untuk kita baca di waktu fajar, saat pemisahan waktu malam dan siang itu. Ada banyak dzikir juga yang disebutkan oleh Rasulullah SAW pada waktu menjelang maghrib, pemisah siang dan malam. Bagi mereka yang mengetahui keutamaan hari Jum’at, biasanya akan menyambut kedatangan hari itu sejak hari Kamis sorenya. Kemudian di pagi hari Jum’at, dia mandi dan memakai wewangian, memotong kuku dan merapihkan rambut. Itulah diantara yang disabdakan Rasul tentang hari Jum’at, “Antara Jum’at dan Jum’at ada pengampunan dosa diantaranya, selama seseorang tidak melakukan dosa besar,” (Hadist Riwayat Ibnu Majah). Betapa berharganya hari Jum’at.
Tentang pergantian tahun, Rasulullah juga bersabda, “Jika engkau melihat hilal bulan Muharam, maka bersiaplah,” (Hadist riwayat Turmuzi). Rasulullah SAW bahkan jika melihat hilal tanda awal bulan mengatakan, “Hilal adalah kebaikan dan petunjuk. Aku beriman kepada yang menciptakanmu”. Kalimat itu diucapkannya sebanyak 3 kali (Hadist riwayat Abu Daud). Sayangnya, banyak orang yang tidak menyadari keutamaan pemisah-pemisah waktu seperti itu.
Saudaraku,
Mari isi pemisah-pemisah waktu itu untuk melakukan refleksi dengan mengingat amal-amal, meminta ampunan Allah, memohon perlindungan kepada Allah, dan memperbarui iman untuk menyongsong masa selanjutnya. Mempersiapkan datangnya malam dan memohon perlindungan pada Allah dari bahaya kengerian malam, bahaya syaitan malam yang selalu mengganggu manusia, menghancurkan jiwa dengan berbagai bentuk. Kemudian, jika datang subuh, cahaya mulai terlihat, itulah saat kita kembali mengulangi dzikir, mengevaluasi dan memohon ampun kepada Allah. Itulah saatnya kita untuk kembali berdzikir dan beristighfar. Mempersiapkan diri menghadapi waktu siang. Begitu seterusnya.
Saudaraku,
Tugas malaikat Allah juga ada yang terkait dengan perpindahan antar ruas waktu itu. Seperti disebutkan dalam hadist, sebagian malaikat melakukan pergantian tugas pada waktu sholat shubuh dan waktu sholat Ashar. Maka dalam hadistnya, beliau bersabda, “Barang siapa yang memelihara sholat shubuh dan Ashar, ia akan masuk surga.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Keutamaan sholat shubuh dan Ashar, menurut Imam Nawawi adalah karena kekhususan waktu itu dengan persaksian 2 sholat itu oleh Malaikat malam dan siang. Dan juga karena memang kedua sholat itu berat dilakukan. Saat itulah waktu sibuk dan penat. Dan barang siapa yang memeliharanya, maka ia pasti dapat memelihara lebih baik lagi dalam sholat yang lain. “Bergantian atas kalian malaikat malam dan siang. Mereka berkumpul pada waktu sholat subuh dan Ashar. Kemudian mereka naik ke langit dan Rabb mereka bertanya – Allah Maha mengetahui atas hamba-hambanya, “Bagaimana engkau tinggalkan hamba-hambaKU?”. Mereka mengatakan, “Kami tinggalkan mereka sedang sholat dan kami datangi mereka sedang sholat”.
Betapa bahagianya orang-orang yang sungguh-sungguh memelihara sholat, mengorbankan kelelahan dan kenikmatan istirahat untuk menggapai ridho Allah, memperoleh pembebasan dari kemunafikan, dan agar menjadi salah seorang yang diberi berita gembira untuk masuk surga oleh Rasulullah SAW.
Itulah sebabnya, disebutkan dalam hadits, sholat yang paling berat bagi orang munafik adalah sholat Isya dan Sholat Subuh. “Jika mereka mengetahui apa yang ada pada kedua sholat itu, niscaya mereka akan melakukan sholat itu meski harus dengan merangkak.” (Muttafaq alaih).
Adalah para sahabat menjadikan kehadiran seseorang saat sholat subuh di masjid sebagai timbangan penilaian. Orang yang hadir saat subuh di masjid, akan mereka percayai, dan orang yang tidak hadir di waktu itu tidak di percaya. Inilah Ibnu Umar RA yang mengatakan, “Kami jika kehilangan seseorang pada sholat subuh dan Isya di masjid, kami mempunyai prasangka buruk kepadanya.”
Saudaraku,
Ibnu Quddamah RA, menasihati kita untuk selalu menghargai waktu. “Ketahuilah, waktu hidupmu terbatas. Nafasmu sudah terhitung. Setiap desah nafas akan mengurangi bagian dari dunia. Setiap bagian usia adalah mutiara yang mahal, tak ada bandingannya, “. Demikian ucap Ibnu Quddamah. Dia melanjutkan bahwa satu desah nafas bila digunakan untuk kebaikan, bisa berharga ribuan tahun dalam kenikmatan. Tapi sebaliknya, satu desah nafas bisa menciptakan kesengsaraan ribuan tahun. “Jika engkau memiliki mutiara dunia, engkau pasti sangat terpukul saat mutiara itu hilang. Bagaimana engkau bisa menghilangkan mutiara akhirat dan kebahagiaanmu dengan menyia-nyiakan jam demi jam dan waktu- waktumu? Bagaimana engkau bisa bersedih bila kehilangan usiamu tanpa ada yang bisa menggantikannya?”.
Saudaraku,
Mari waspadai waktu saudaraku, seorang ahli hikmah mengatakan, bahwa menyia-nyiakan waktu itu lebih berbahaya ketimbang kematian. “Kematian hanya memisahkan kamu dari dunia dan penghuninya. Tapi menyia-nyiakan waktu akan memisahkanmu dari Allah dan akhirat…”
0 comments:
Post a Comment
Tinggalkan komentar untuk menyempurnakan artikel ini,