Menjadi sahabat yang baik, maupun memiliki sahabat yang baik, tetap punya batasan. Sebab sebaik apapun sahabat, mereka tetap orang lain. Batasan itu ada pada hal-hal yang tetap harus dijaga. Maka godaannya sekaligus pantangannya terletak di situ.
Ada dua hal penting yang harus dijaga. Pertama, terkait dengan soal rahasia yang sangat pribadi. Rahasia tidak sekadar soal apa isi yang kita ceritakan, tapi juga siapakah orang yang kepadanya kita ceritakan. Sebab tidak semua orang tahan untuk menyimpan rahasia. Sebab persahabatan nyaris tidak ada yang diikat dengan perjanjian tertulis di atas materai. Persahabatan adalah interaksi sosial yang lepas, yang komitmennya ada pada moralitas dan integritas kita masing-masing.
Maka soal rahasia ini, seringkali menjadi bias dalam dunia persahabatan. Ada seorang istri yang menceritakan keburukan suaminya, kepada sahabatnya, dengan argumentasi dia adalah sahabat yang bisa dipercaya. Atau sebaliknya, ada seoranq suami yang rnenceritakan kekurangan istrinya kepada sahabatnya, hanya dengan keyakinan bahwa orang yang kepadanya diceritakan semua itu adalah sahabat sangat dekatnya. Itu tidak bisa dibenarkan. Sebab amanah rahasia itu tidak ringan. Ada orang yang telinganya siap mendengar, tetapi mulutnya tidak siap untuk menahan diri.
Karena itu nasehat Rasulullah sangat benar, "Bantulah diri kalian sendiri dalam soal keperluan kalian dengan cara menjaga kerahasiaannya, sebab setiap nikmat itu ada pendengkinya." Setiap kita punya potensi untuk menjadi dengki. Boleh jadi pada mulanya tidak ada niat dan kemauan. Tapi ketika sebuah rahasia dibuka terlalu jauh, baik tentang kebaikan atau keburukan, tentang nikmat atau musibah, maka bisa melahirkan rasa dengki yang tidak kita duga.
Bagaimana bila sahabat kita membuka rahasianya terlalu jauh? Kita harus menyampaikannya dengan baik, bahwa tidak semua hal harus ia ceritakan. Dan itu tidak mengurangi persahabatan. Bila akhirnya mereka tetap menyampaikan rahasia, maka jangan sekali-kali kita membukanya untuk orang lain. Suatu hari ada seorang sahabat yang membeberkan rahasia pribadinya kepada sahabatnya. Setelah selesai bercerita, ia bertanya, "Apakah engkau akan menjaga rahasiaku." Sahabatnya menjawab, "Aku tidak akan menjaganya, tapi aku akan melupakannya."
Yang kedua, janganlah kita membebani hal-hal yang diluar kemampuan. Terlebih dalam urusan duniawi, urusan finansial. Kadang persahabatan menciptakan situasi dimana kita secara tidak sengaja sepakat untuk mempermudah urusan uang, fasilitas, sarana atau apa saja. Kadang-kadang justru dari sana masalah sering muncul. Kadang dari sana, persahabatan yang lama dirajut menjadi buyar begitu saja. Boleh jadi setelah meminjam barang sahabat kita, misalnya, kita mengembalikan begitu saja. Atau soal pinjam meminjam. Karena itu, dalam ajaran Islam, perhatian dalam soal tranksaksi, seperti jual beli, pinjam meminjam, sangat ketat.
Mencari sahabat memang tidak mudah. Bila sudah mendapatkan, untuk merawatnya juga tidak mudah. Setelah itu, menjaga batasan-batasannya juga tidak gampang. Tapi kita semua sepakat, tidak ada dari kita yang bisa hidup tanpa sahabat yang baik. Kita hanya perlu memasukinya dengan hati yang ikhlas, motivasi yang jujur, lalu sisanya kita pelajari bersama segala dinamikanya. Wallahu’alam
0 comments:
Post a Comment
Tinggalkan komentar untuk menyempurnakan artikel ini,